ATEX adalah istilah keselamatan kerja yang menitik beratkan perhatian terhadap potensi terjadinya peledakan di tempat kerja, ATEX diciptakan sebagai upaya melindungi terjadinya kecelakan tehadap pekerja, alat kerja dan lingkungan kerja. Diambil dari namanya ATEX adalah singkatan dari Atmosphere Explosion , maksudnya yang diurusin sama ATEX adalah kondisi atmosphere ditempat kerja dalam hubungan nya dengan kemungkinan akan terjadi peledakan. Banyak tempat kerja yang memiliki potensi meledak akibat adanya bahan mudah terbakar seperti gas hydrocarbon di pabrik petrokimia, atau debu organic seperti debu mining, atau uap mudah terbakar dari cat pada pabrik pengecatan mobil.
Tempat kerja dalam kondisi atmosphere yang dimaksud yaitu keadaan lingkungan kerja di alam terbuka dengan temperature ambient antara -20 ° C hingga 40 ° C dan tekanan 0,8-1,1 bar. Alat yang dipakai ATEX dalam mengontrol keamanan atmosphere tersebut yaitu berupa pedoman yang disebut ATEX DIRECTIVE.
Ada 2 pedoman yang dikeluarkan ATEX , yang keduanya saling berkaitan, yaitu:
1. Directive 99/92 / EC (juga dikenal sebagai ‘ATEX 137′ atau ”the ATEX Workplace Directive’) pedoman yang
mengarahkan perusahaan atau pemilik perusahaan dalam menentukan klasifikasi tempat kerja, berkaitan dengan potensi peledakan yang di sebabkan oleh subtansi berbahaya, bisa berupa gas, uap, kabut atau debu. Pedoman ini secara resmi di akui di uni eropa dan diterapkan pula pada perusahan2 di luar uni eropa.
2. Directive 94/9 / EC (juga dikenal sebagai ‘ATEX 95’ atau ‘ATEX Equipment Directive’) pedoman dalam mengevaluasi klasifikasi peralatan atau perangkat pelindung yang akan digunakan di atmosphere yang berpotensi akan ledakan. Tim ATEX mempunyai kewenangan dalam menentukan klasifikasi alat berkaitan dengan potensi ledakan. Kewenangan ATEX dalam hal ini diakui secara hukum di negara uni eropa kemudian diikuti pula oleh negara2 diluar uni eropa . peralatan listrik atau mekanik yang akan dipakai di atmosphere dengan potensi ledak harus didaftarkan ke badan inspeksi ATEX, untuk kemudian akan diberi nomor registrasi. Pada setiap alat yang terdafdar pada ATEX kemudian akan di berikan identifikasi sesuai dengan klasifikasinya, selain tentu saja nomor pendaftaran alat di ATEX juga akan dicantumkan pada alat tersebut, dibawah ini adalah contoh name plate sebuah alat yang memiliki identifikasi ATEX.
Pedoman ATEX dalam menentukan klasifikasi atas lingkungan tempat kerja berbahaya ( hazardous area) serta klasifikasi terhadap perangkat yang dipakai di hazardous area di terangkan dengan terperinci dalam ulasan dibawah ini:Classification
Dibawah ini descripsi zona oleh ATEX
ATEX equipment group | ATEX equipment category and environment type | Zone classification ATEX | Explosive atmosphere being present |
I | M2 | NA | – |
I | M2 | NA | – |
II | 1G | ZONE 0 | Explosive gas atmosphere present continuously or for long periods |
II | 2G | ZONE 1 | Explosive gas atmosphere likely to occur in normal operation |
II | 3G | ZONE 2 | Explosive gas atmosphere not likely to occur in normal operation but may be present for short periods |
II | 1D | ZONE 20 | Explosive dust atmosphere present continuously or for long periods |
II | 2D | ZONE 21 | Explosive dust atmosphere likely to occur in normal operation |
II | 3D | ZONE 22 | Explosive dust atmosphere not likely to occur in normal operation but may be present for short periods |
Gas or Dust group
Mengacu pada evaluasi sifat sifat zat, telah di ketahui bahwa kandungan zat tertentu memiliki bobot mudah terbakar yang sangat tinggi terutama material yang tersusun atas komponen hydrocarbon, bobot tersebut di perlihatkan oleh tingkat LEL nya ( pembahasan mengenai LEL akan dibahas pada posting lain). Tingkatan mudah terbakarnya komponen di jadikan acuan oleh atex untuk mengklasifikasikan subtansi ke dalam group, dibawah ini adalah group gas dan dust menurut pedoman ATEX:
Gas / dust group | Typical substances |
IIC | Acetylene |
IIB + H2 | Hydrogen |
IIB | Ethylene |
IIA | Propane |
IIIC | Conductive Dust |
IIIB | Non-conductive Dust |
IIIA | Combustible Flyings |
Klasifikasi temperature
Panas merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran atau ledakan, setiap material (gas, uap, debu) yang dapat terbakar mempunyai tingkatan temperature dimana material bisa terbakar secara otomatis , tingkatan temperature tersebut dinamakan ignition temperature. Sebagai bagian dari alat control ATEX, ignition temperature dari benda-benda di klasifikasikan oleh ATEX kedalam satu pedoman standar. Klasifikasi tingkatan ignition flammable oleh ATEX dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
Maximum surface temerature of equipment (˚C) | Temperature class | Ignition temperature of gas/dust (˚C) |
450 | T1 | >450 |
300 | T2 | >300 – 450 |
200 | T3 | >200 – 300 |
135 | T4 | >135 – 200 |
100 | T5 | >100 – 135 |
85 | T6 | >85 – 100 |
Common flammable gases, vapours and dust types
Beberapa subtansi yang diketahui secara umum banyak terdapat di area kerja dimana pedoman ATEX berlaku , di buatkan daftar temperature klasifikasinya oleh ATEX agar memudahkan pengguna bilamana membutuhkan referensi, dibawah ini adalah daftar material umum tersebut:
Gas vapour | Temperature class | Apparatus group | Typical ignition temperature (⁰C) |
Acetic acid | T1 | llA | 427 |
Acetone | T1 | llA | 465 |
Acetylene | T2 | llC | 305 |
Ammonia | T1 | llA | 651 |
Butane | T2 | llA | 405 |
Carbon Disulphide | T6 | llC | 95 |
Pedoman lainnya yang dibuat ATEX dalam mengontrol potensi ledakan adalah dengan membuat kode kode konsep perlindungan ( Protection concept symbol), sehingga bagi pihak pengguna ATEX di seluruh dunia akan menggunakan kode standar yang sama untuk metode perlindungan yang sama, misalnya metode melindungi perangkat dengan memberi seal pada alat kodenya ‘n’ , untuk melindungi perangkat dengan metode membatasi energy penimbul percikan diberi kode ‘ia’ atau ‘ib’ atau ‘ic’. Selengkapnya kode-kode perlindungan standar ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Symbol | Type of protection | Basic concept of protection |
e | Increased safety | No arcs, sparks or hot surfaces |
n | Type ‘n’ (non sparking) | No arcs, sparks or hot surfaces |
n | Type ‘n’ (closed-break) | Containment of the explosion |
n | Type ‘n’ (sealed and hermetically sealed) | Keep the flammable substance out |
n | Type ‘n’ (restricted breathing) | Keep the flammable substance out |
d | Flameproof | Containment of the explosion |
q | Powder filled | Quenching of the flame |
ia | Intrinsic safety | Limitation of spark energy and surface |
ib | Intrinsic safety | Limitation of spark energy and surface |
ic | Intrinsic safety | Limitation of spark energy and surface |
px | Pressurised enclosure | Keep the flammable substance out |
py | Pressurised enclosure | Keep the flammable substance out |
pz | Pressurised enclosure | Keep the flammable substance out |
ma | encapsulation | Keep the flammable substance out |
mb | encapsulation | Keep the flammable substance out |
mc | encapsulation | Keep the flammable substance out |
o | Oil immersion | Keep the flammable substance out |
OP pr | Optical Radiation | Inherently safe, protected by shutdown |
OP sh | Optical Radiation | Inherently safe, protected by shutdown |
OP is | Optical Radiation | Inherently safe, protected by shutdown |
ta | Dust ignition protection by enclosure | Dust-tight enclosure |
tb | Dust ignition protection by enclosure | Dust-tight enclosure |
tc | Dust ignition protection by enclosure | Dust-tight enclosure |
Artikel bagus bgt, btw dimana dan bagai mana cara kita mendaftarkan produk kita agar dapat tersertifikasi atex?
Atex bisa di adop oleh negara disesuaikan dengan kondisi negara bersangkutan.
Bagaimana cara mendapatkan sertifikat atex dan lembaga mana yg bisa mengeluarkan sertifikat ini ?
Mohon infonya.
Terimakasih.
Untuk di Indonesia bisa menghubungi institusi ini Pak
PT TÜV Rheinland Indonesia
Alamat: Infinia Park Blok. B-92, Jalan Doktor Saharjo No. 45, RT.1/RW.7, Manggarai, Jakarta Selatan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12850, Indonesia
https://www.tuv.com/indonesia/en/