Control valve jika di terjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa indonesia artinya keran pengendali, namun pemakaian kata control valve sudah menjadi istilah umum, sehingga pada pembahasan teknik tetap dipergunakan sebutan “control valve”. Adapun fungsi daripada control valve adalah sebagai pengatur besar kecilnya aliran proses yang melewati control valve tersebut, dengan adanya pengaturan pada aliran maka variabel proses seperti suhu, tekanan, ketinggian isi tangki dan variabel lain dapat di kendalikan. Sebagai bagian daripada sebuah sitim pengaturan, hasil kerja control valve akan tergantung pada ukuran pipa, tekanan keseluruhan yang dioperasikan sistem, media yang mengalir, kondisi proses, dan faktor lainnya, selain itu performa control vale tergantung juga pada faktor teknis yang ada pada fisik valve itu sendiri, seperti; jenis katup, ukuran actuator, efek gesek pada gland packing, ukuran diapraghma dan lain-lain.
hasil perhitungan data teknis tersebut diatas menghasilkan besaran spring-range atau bench set, biasanya dalam unit kgf/cm2. Adapun komponen atau alat yang dipergunakan untuk menghasilkan tekanan sesuai dengan spring range namanya I/P tranduser atau bila dihubungkan dengan link mekanikal pada stem valve sebutannya menjadi positioner. I/P tranducer merupakan sebuah alat konversi atau pengubah, yaitu mengubah unit elektrikal yang berupa arus (I) menjadi unit pneumatic (P) yang berupa tekanan. Contoh nilai konversi I to P diperlihatkan pada tabel dibawah ini;
4-20 mA ——–> 0.8 – 2.2 Kgf/cm2
4-20 mA ——–> 1.2 – 2.8 kgf/cm2
4-20 mA ——–> 1.0 – 2.0 kgf/cm2
Sebagaimana pada umumnya, istilah konversi harus selalu berkaitan dengan unit atau besaran dan nilai. Sebagai media pemahaman, kita ambil contoh konversi mata uang dolar ke mata uang rupiah, dalam hal ini ada nilai yang dikonversi yaitu 1 menjadi 14.000, serta ada besaran atau unit yang di konversi yaitu dolar ke rupiah.
Oleh karena itu ketika membahas I/P tranducer maka harus selalu disertai dengan menyebutkan berapa nilai I dan berapa nilai P, dalam istilah teknik nilai-nilai tersebut dikenal sebagai input dan output, jadi I adalah input daripada transducer dan P adalah output daripada tranducer.
Terpisah dari input dan output transducer, pada control valve pneumatic ada parameter penting yang menjadi bagian dari spesifikasi valve, parameter itu adalah bench set atau spring range
Bench set pada control valve dapat di cek dengan cara sebagai berikut, langkah ini biasanya merupakan bagian dari langkah kalibrasi control valve.
1. Siapkan peralatan yang dibutuhkan diantaranya, regulator, air supply, pressure gauge dan tool.
2. Siapkan data sheet atau specifikasi control valve yang sesuai dengan TAG valve yang akan di cek
3. Pasangkan peralatan seperti pada gambar.
Catat nilai spring range yang tertulis pada data sheet atau yang tertera pada name plate control valve, misalnya spring range 1,2 kgf/cm2 sampai dengan 2,4 kgf/cm2, dengan menggunakan regulator atur tekanan yang masuk ke actuator sebesar 1,2 kgf/cm2, dalam keadaan seperti ini atur stem dengan membuka clamping agar plug rapat pada seat, kencangkan kembali clamping. Kemudian lanjutkan dengan melakukan pengaturan nilai atas spring range, atur regulator sehingga memberikan tekanan ke dalam actuator sebesar 2,4kgf/cm2, dalam keadaan seperti ini perhatikan penunjuk skala apakah sudah berada pada posisi buka penuh, jika ada penyimpangan atur spring adjuster.
Kemudian lanjutkan dengan memberikan tekanan per 25% untuk memeriksa linearitas. Setelah pengaturan spring range selesai maka lanjutkan dengan langkah-langkah kalibrasi, tentu saja untuk mengkalibrasi control valve, I/P transducer atau positioner serta semua asessoriesnya harus sudah terpasang dengan baik. Simak artikel cara pemeliharaan control vave sebagai referensi.
Mengapa Smart Positioner tidak perlu bench set atau spring range?
Seiring dengan perkembangan teknologi, sekarang sudah ada positioner model Smart yang memiliki fitur auto calibration, dengan metode auto calibration maka besarnya tekanan pada output positioner tidak menjadi penting sebagaimana halnya pada I/P tranducer atau pada positioner konvensional, pasalnya positioner model Smart bekerja dengan microprocessor yang dapat menganalisa posisi bukaan valve, jadi berapapun besarnya tekanan, akan diabaikan selama posisi pembukaan control valve sesuai dengan sinyal yang diberikan pada smart positioner tersebut. Oleh karena itulah salah satu langkah kalibrasi pada smart positioner adalah “find stop” tahap ini untuk mendeteksi posisi valve pada pembukaan penuh dan posisi valve pada saat tertutup penuh, setelah titik 0% dan titik 100% nya terekam oleh smart positioner, untuk kemudian posisi lainnya akan terdeteksi secara otomatis. Demikian pula jika karakteristik yang diterapkan pada kontrol valve tidak linear, seperti equal percentage misalnya, maka smart possitioner otomatis melakukan perhitungan dan menerapkannya, itulah salah satu manfaat daripada smart positioner, memiliki banyak fitur yang tidak bisa dilakukan oleh positioner konvensional. Jadi kalau performa positioner konvensional ditentukan oleh akurasi bench set atau spring range sedangkan performa Smart positioner mengacu pada ketepatan posisi stem dan plug terhadap skala pembukaan valve.